Apa Jihad Terbesar?
Apa Jihad Terbesar?"Mengalahkan Hawa Nafsu",Salah besar jika banyak orang mengatakan demikian!
Tak jarang kita mendengar Hadits - Hadits Dla’if yang justru
populer dan "RATINGNYA" naik disaat bulan suci ramaDlan atau bila
adanya panggilan Jihad, entah sengaja atau tidak, tapi kadang hadits seperti
itu bisa mengembosi semangat Jihad para kaum muslimin.
Hadits ini misalnya, yang di gunakan oleh kaum yang
seakan-akan menomor sekiankan Jihad Qital mereka ini (Kaum) yang menomor duakan
jihad qital berargumen dengan hadits yang sangat masyhur.
Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda sewaktu
pulang dari perang,
رَجَعْنَا
مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ
. قَالُوْا وَمَا الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ
؟ قَالَ جِهَادُ
الْقَلْبِ
QAALUU WAMAA AL JIHAADUL AKBAR ?
QAALA RAJA’NAA MINAL JIHAADIL ASHGHARI ILAA AL JIHAADIL
AKBARI JIHADIL QALBI
“Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang
lebih besar.” Mereka berkata, “Apakah jihad yang lebih besar itu?” Beliau
menjawab, “Jihad hati.”
(HR. Al-Baihaqi)
Tercantum dalam kitab Az-Zuhd (384) dan Al Khathib
Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (Bab Al-Wawi/Dzikr Al-Asma` Al Mufradah) dari
Jabir bin Abdillaah RaDliyallaahu 'Anhuma.Hadits ini juga tercantum dalam kitab Al-Mizzi dalam Tahdzib
Al-Kamal (biografi Ibrahim bin Abi Ablah Al-Adawi/210) dan Ibnu Asakir dalam
Tarikh Dimasyq (biografi Ibrahim bin Abi Ablah); dari Ibrahim bin Abi Ablah.
Imam As-Suyuthi dalam kitab Jami’ Al-Ahadits bernomor
15164,mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan Ad-Dailami, Al-Baihaqi dalam Az-Zuhd,
dan Al-Khathib.Dalam riwayat Al-Khathib disebutkan, bahwa ketika Nabi
Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabat baru saja dari suatu
peperangan, beliau bersabda kepada mereka,
قَدِمْتُمْ
خَيْرَ مَقْدَمٍ مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ
إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ . قَالُوْا : وَمَا الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ
؟ قَالَ : مُجَاهَدَةُ
الْعَبْدِ هَوَاهُ
QADIMTU KHAYRA MAQDAMIN MINAL JIHAADIL ASHGHARI ILAA AL
JIHADIL AKBAR.
QAALUU WAMAA ALJIHADUL AKBARU ?
QAALA MUJAAHADATUL ‘ABDI HAWAAHU
“Kalian telah kembali ke tempat kedatangan terbaik, dari
jihad yang lebih kecil menuju jihad yang lebih besar.” Para sahabat
berkata,“Apakah jihad yang lebih besar itu? Nabi bersabda, “Jihad seorang hamba
melawan hawa nafsunya.”
Derajat Hadits tersebut adalah Dla’if.Al-Baihaqi berkata, “Hadits ini sanadnya lemah.”As-Suyuthi menukil dari Ibnu Hajar, “Hadits ini sangat
terkenal dan sering diucapkan. Ia adalah perkataan Ibrahim bin Abi Ablah dalam
Al-Kunanya An-Nasa`i.”[Ad-Durar Al-Muntatsarah fi Al-Ahadits Al-Musytaharah
(1/11)] Al-Iraqi menDla’ifkan hadits ini dalam Takhrij Ahadits
Al-Ihya` (2567).Ibnu Taimiyah berkata,“Tidak ada dasarnya dan tidak seorang
pun ahli yang meriwayatkannya sebagai perkataan dan perbuatan Nabi Shallallaahu
'Alaihi wa Sallam.Bagaimanapun, jihad melawan kaum kafir adalah termasuk
amalan yang terbesar dan paling utama.” [ Majmu’ Al-Fatawa: 11/197, dan
Al-Furqan Baina Awliya` Ar-Rahman wa Awliya` Asy-Syaithan: 46]
Dalam Silsilah Al-Ahadits Adl-Dla’ifah (2460), Syaikh
Al-Albani berkata, “Hadits mungkar.” Dan dalam Dla’if Al-Jami’ Ash-Shaghir
(8510), Al-Albani menDla’ifkannya.
Strategi Musuh Islam
=============
Cara lain yang ditempuh musuh-musuh Islam dari kaum kafirin
dan munafiqin untuk melemahkan semangat jihad adalah dengan MENGHEMBUSKAN
SYUBHAT adanya amal lain dalam Islam yang lebih agung dari jihad.Tujuannya, agar umat berpaling dari jihad dan
meninggalkannya karena ada yang lebih besar pahala dan keutamaannya.
Jihad qital (berperang) melawan orang kafir dan munafiq
dikategorikan sebagai jihad kecil. Ada jihad yang lebih besar yang harus
mendapat perhatian, yaitu jihad Akbar.
Dan maksud dari jihad akbar adalah jihad melawan hawa nafsu.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah dalam Majmu’
Fatawanya (Juz 11) mengingkari penamaan jihad qital (berperang) melawan orang
kafir sebagai jihad kecil. Menurut beliau, jihad melawan orang kafir merupakan
salah satu amal yang paling agung dalam Islam. Bahkan, jihad merupakan amal
tathawu’ yang paling utama.Beliau melandaskannya pada beberapa dalil dari Al-Qur’an dan
hadits tentang keutamaan jihad :
Keutamaan Jihad
==========
Firman Allaah Ta’ala,
لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ
أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً
وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى
وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى
الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidaklah sama antara mu-min yang duduk (yang tidak turut
berperang) yang tidak mempunyai udzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan
Allaah dengan harta mereka dan jiwanya. Allaah melebihkan orang-orang yang
berjihad dengan harta dan jiwanya satu derajat di atas orang-orang yang duduk.
Kepada masing-masing mereka Allaah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan
Allaah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala
yang besar.” (QS. Al-Nisa’: 95)
الَّذِينَ
آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْفَائِزُونَ يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ
لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إنَّ
اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
AL-LADZIINA AAMANUU WA HAAJARUU WA JAAHADUU FII
SABIILILLAAHI BI AMWAALIHIM WA ANFUSIHIM A’ZHAMU DARAJATUN ‘INDALLAAHI WA
ULAA~IKA HUMUL FAA-IZUUNA YUBASY-SYIRUHUM RABBUHUMM BI RAHMATINM MINHU WA
RIDLWAANIN WA JANAATIN LAHUM FIIHAA NA’IIMUNMM MUQIIMUN KHAALIDIINA FIIHAA
ABADAN. INNALLAAHA ‘INDAHU AJ-RUN ‘AZHIIM
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di
jalan Allaah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya
di sisi Allaah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allaah dengan harta benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allaah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya di sisi Allaah-lah pahala yang besar.”
Al-Taubah: 20-22
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dan lainnya,
dari Nu’man bin Basyir raDliyallaahu 'anhu, ia berkata: “Aku
pernah berada di sisi mimbar Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, lalu ada
seorang laki-laki berkata, ‘Aku tidak peduli, aku tidak akan melakukan
pekerjaan apapun sesudah masuk Islam kecuali memberi minum pada orang haji’.
Lalu di jawab oleh yang lain, ‘Kalau aku tak peduli, aku
tidak mengamalkan amalan apapaun setelah (masuk) Islam kecuali memakmurkan
Masjidil Haram’.
Lalu berkatalah Ali bin Abi Thalib, ‘Berjihad di jalan
Allaah lebih utama dari semua amal yang kalian katakan itu’,
Kemudian Umar bin Khattab melarang mereka, “Janganlah kalian
berbicara keras di sisi mimbar Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam,
tetapi jika sudah selesai shalat Jum’at, saya akan menanyakannya.
Maka bertanyalah Umar kepada Rasulullaah shallallaahu
'alaihi wasallam, lalu Allaah Ta’ala menurunkan ayat ini (At-Taubah: 19)”
“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada
orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan
dengan orang-orang yang beriman kepada Allaah dan hari kemudian serta berjihad
di jalan Allaah? Mereka tidak sama di sisi Allaah; dan Allaah tidak memberikan
petunjuk kepada kaum yang zhalim.”At-Taubah: 19
Dalam Shahihain lainnya,
dari Abdullaah bin Mas’ud raDliyallaahu 'anhu bertanya,
“Wahai Rasulullaah, amal apakah yang paling utama di sisi Allaah 'Azza wa
Jalla?”
Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.”
Aku bertanya, “Lalu apa?”
Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Aku bertanya, “Lalu apa?”
Beliau menjawab, “Berjhad di jalan Allaah.”
Dia berkata,”Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam
menyampaikan semua itu kepadaku, dan kalau aku bertanya lagi pasti beliau
menambahnya untukku.”Masih dalam Shahihain, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
ditanya tentang amal yang paling utama? Beliau menjawab, “Iman kepada Allaah
dan berjihad di jalan-Nya.” Beliau ditanya lagi, “Lalu apa?” beliau menjawab,
“Haji mabrur.”
Diriwayatkan juga dalam Shahihain
bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallaahu
'alaihi wasallam, “Ya Rasulullaah, beritahukan kepadaku amal yang menyamai
jihad di jalan Allaah?”
Beliau menjawab, “Engkau tak akan bisa melaksanakannya atau
engkau tak akan kuat.”
Dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentangnya?”
Beliau menjawab, “Apakah engkau mampu, jika seorang mujahid
keluar berjihad, engkau berpuasa dan tidak berbuka, shalat dan tidak berhenti?”
Dan dalam Kutub Sunan, dari Mu’adz raDliyallaahu 'anhu,
Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam pernahberkata kepadanya,
“Maukah aku tunjukkan kepadamu akan pokok urusan, tiang dan puncaknya?
Pokok urusan adalah Islam,
tiangnya adalah jihad,
sedangkan puncaknya adalah jihad fi sabilillaah.”
Dalil-dalil tentang keutamaan jihad di atas disebutkan oleh
Ibnu Taimiyah sesudah beliau mengomentari hadits yang menerangkan bahwa jihad
terhadap orang kafir adalah jihad asghar (kecil).
Beliau berkata, “Adapun hadits yang diriwayatkan oleh
sebagian mereka bahwa beliau shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda pada
sewaktu Perang Tabuk,
رَجَعْنَا
مِنْ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ
“Kita pulang dari jihad kecil menuju jihad besar,”
Hadits ini tidak ada dasarnya dan tidak seorang pun ahli
ma’rifat yang meriwayatkannya sebagai perkataan dan perbuatan NabiShallallaahu
'Alaihi wa Sallam.
Bagaimanapun, jihad melawan kaum kafir adalah termasuk
amalan terbesar dan paling utama.” (Majmu’ Al-Fatawa 11/197, dan Al-Furqan
Baina Awliya` Ar-Rahman wa Awliya` Asy-Syaithan: 46).
Pernyataan beliau ini, oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah
Shahihah, seolah-olah menunjukkan bahwa beliau rahimahullaah mengingkari
penamaan jihad (berperang melawan orang kafir) sebagai jihad asghar (jihad
kecil).
Nampak dari lafadz hadits Dlaif di atas bahwa yang dimaksud
dari jihad kecil adalah jihad qital (perang) melawan orang-orang kafir pada
perang Tabuk. MAKNA INI TERTOLAK KARENA MATAN HADITSNYA /REDAKSINYA MEREMEHKAN
KEDUDUKAN JIHAD FI SABILILLAAH, merendahkan kemuliaannya dalam Islam dan
perannya untuk membela eksistensi dan kemuliaan umat Islam ketika mendapat
serangan musuh dan kezhaliman penguasa tiran lagi sombong.Nash-nash Al-Quran dan sunnah syarifah banyak menyebutkan
tentang keutamaan jihad dan kedudukannya yang sangat mulia dalam Islam. Di
antara dalil sudah disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam nukilan di atas.
Karenanya tidak layak amal jihad yang sangat dimuliakan Islam disebut sebagai
jihad kecil.Na'udzubillaah tsumma Na'uudzubillaahi min dzaalik..segala puji bagi Allaah yang telah menjadikan jihad sebagai
puncak amal dalam Islam. Shalawat dan salam semoga terlimpah panglima
Mujahidin, Nabi kita Muhammad besera keluarga dan para sahabatnya.Sesungguhnya pada jihad terdapat masa depan umat Islam.
Tanpanya, kaum muslimin terhinakan. Musuh-musuh Islam menyadari hal ini,
karenanya lah mereka BERSIASAT senantiasa berusaha mematikan semangat jihad
dengan berbagai cara.Wallaahu Ta'ala A'lam....
0 komentar:
Post a Comment
(✓) Jika ada pertanyaan silahkan berkomentar
(✓) Berkomentarlah dengan Sopan dan Bijak sesuai dengan Topik
(✓) Dilarang meletakkan Link Aktif ataupun Promosi
(✓) Jadikan Blog ini sebagai sarana sharing ilmu
(✓) Jika ada gambar atau link yang error silahkan beritahu saya